Korupsi di hampir setengah negara di dunia berkembang semakin banyak   dan  ini mempengaruhi baik secara langsung maupun nggak langsung ke semua    aspek hidup diantara penduduk di setiap negara.Transparency  International kembali meluncurkan Corruption Perception   Index 2009  pada hari ini secara serentak di seluruh dunia.
Survei ini    mengingatkan kita kembali bahwa korupsi adalah fenomena global yang    terjadi di seluruh negara di dunia, dengan tingkat kerawanan yang    berbeda-beda. Krisis ekonomi global merupakan indikator konkrit    bagaimana tidak adanya transparansi dan akuntabilitas di sektor bisnis    membuka peluang terhadap korupsi, yang ternyata mampu menyebabkan efek    domino yang dapat menghancurkan tata ekonomi dunia.
180  negara masuk dalam pengukuran CPI 2009. Indeks pengukuran   memiliki  skala antara 0 (sangat korup) sampai dengan 10 (sangat bersih).    Sebagian besar negara yang masuk dalam pengukuran ternyata mendapat    skor di bawah 5. Indeks tersebut mengukur persepsi terhadap tingkat    korupsi pada sektor publik dalam negara yang bersangkutan. CPI adalah    indeks gabungan dari 13 poling/survei yang dilakukan oleh 10 lembaga    independen.
Sekitar setahun yang lalu, 72 dari  158 negara disurvey oleh grup   Transparency International (TI) dan  dilabel sebagai negara korupsi,   sekarang 74 dari 163 negara masuk ke  kategori yang sama. Di sedikit   negara, khususnya India, mengatur  negara mereka (baru-baru ini) keluar   dari grup yang benar-benar  korupsi, sementara lainnya, terutama Iran,   suka dengan yang model  kayak gitu.
CPI didisain untuk mengambil potret sesaat persepsi  korupsi di negara   yang disurvei. Karena itu, CPI dapat memberikan  gambaran awal mengenai   situasi korupsi di suatu negara. Namun  perangkat analisis CPI tidak   dapat memberikan gambaran mengenai  penyebab korupsi maupun institusi   mana yang perlu diperbaiki dalam  suatu negara. Salah satu tujuan dari   CPI adalah untuk mendorong  dilaksanakannya   riset dan analisa yang lain   untuk mengetahui hal  tersebut di atas.
CPI 2009 menunjukkan bahwa korupsi memiliki  korelasi yang sangat kuat   dengan konflik dan instabilitas. Asumsi di  atas terbukti bila melihat   daftar negara-negara yang memiliki indeks  terendah antara lain Somalia   (1,1), Afghanistan (1,3), Myanmar, Sudan  dan Irak (1,5). Di sisi lain,   negara-negara dengan indeks yang  tertinggi antara lain Selandia Baru   (9,4), Denmark (9,3), Singapura  dan Swedia sama indeksnya (9,2), dan   Swiss (9,0) adalah negara-negara  dengan tingkat stabilitas ekonomi dan   politik yang tinggi.
SEBALIKNYA TERDAPAT 10  NEGARA DENGAN CPI YANG PALING BURUK DI DUNIA , DIANTARANYA ADALAH :
1. Haiti
Polisi  masih menjadi faktor sentral dalam korupsi di Haiti, walaupun ada    korupsi hampir di setiap badan pemerintahan. Karena polisi juga    orang-orang yang secara resmi dekat dengan orang-orang seperti itu,    korupsilah yang mengubah kehidupan asli di Haiti, menyebar ke semua    masyarakat dan urusan bisnis selesai. Intinya, gara-gara kebiasaan    polisi yang nggak bener.
2. Myanmar
Korupsi  kayaknya udah menyebar di negara diktator kejam ini dengan   tangan  besi yang dipimpin militer, yang tetap ada di penindasan   masyarakatnya  di semua kalangan. Pembayaran gelap dan ongkos nggak resmi   diperlukan  buat ngedapetin fasilitas bahkan dari jasa pemerintah  paling  dasar.
3. Iraq
Muter-muter  di negara ini, dimana secara luas struktur masyarakatnya   telah  hancur, adalah “resep” buat korupsi di semua tingkatan. Disamping    penculikan dan uang tebusan, TI resmi mengatakan di survey mereka yang    diadakan di pertengahan awal 2006 saat keuangan diatur oleh Coalition    Provisional Authority yang sibuk dan akhirnya nggak dibayar lagi. Jadi    pemerintah Iraq, dimana korupsi katanya merajalela, mengatur  keuangannya   sendiri. Bisnisman internasional dari berbagai negara  terllibat di   pendirian keuangan Baghdad, kredit ekspor, berbagai  kontrak dan banyak   lagi fungsi kenegaraan dari semua bidang untuk  pembayaran gelap.
4. Guinea
Guinea  telah berada di krisis politik sejak tiga tahun terakhir.   Walaupun  sekarang, presiden koruptor telah berkuasa selama 20 tahun,   tekanan  keras telah diberikan oleh masyarakat untuk perubahan rezim.   Serangan  publik yang bertahan selama sebulan akhirnya berakhir satu   bulan lalu.  Ada perselisihan sipil, yang mengharuskan presiden untuk   menunjuk  seorang mentri utama baru. Yang paling kontroversial, dan yang   paling  korupsi, adalah perjanjian sektor pertambangan aluminum. Antara    bisnismen luar negeri, secara umum, menurut survey I, yang dibutuhkan    kalau mau berbisnis di Guinea adalah “membayar orang-orang atas”.
5. Sudan
Penyebabnya  adalah pergantian kepemilikan pengeboran minyak di SUdan   yang asalnya  didominasi oleh sebuah perusahaan Kanada, produser no. 3 di   Afrika,  ke perusahaan Cina yang mengambil kontrak setelah perusahaan   Kanada  itu tahu korupsi dan catatan kemanusiaan yang tidak layak terlalu    tersebar luas di negeri itu. Sekarang, Cina bertanggung jawab untuk  90%   produksi minyak di Sudan, yang juga mengatur aliran munyak melalui   pipa  besar melalui selatan menuju laut. Perushaan Cina itu telah   menolak  komentar apapun tentang situasi kemanusiaan dan anggota TI   mengatakan  mereka tidak terlalu khawatir bila harus membayar pemerintah   Khartoum  (ibu kota Sudan). Sumpah ternyata orang-orang sipit di sana   kejam-kejam.
6. Republik Demokrasi  Kongo/Kinshasa
Tembaga  di Katanga, dan sumber daya lain di negara ini, emas, uranium   dan  terutama coltan, mineral langka yang ada di setiap chip telpon,   masih  menjadi sebab korupsi yang merajalela di negara Afrika ini.   Pemilihan  presiden yang diadakan bulan lalu di Kinshasha, ibu kota   negara ini,  dapat sedikit menghentikan korupsi atau setidaknya   mengurangi  kekerasan. Sang presiden adalah anggota penerima pembayaran   rutin dari  perusahaan tambang yang ternyata telah dipersiapkan untuk   ‘permainan  yang menguntungkan’ ini seperti pada saat rezim salah satu   pemimpin  Africa terkorup, Mobutu Sese-Seko. Pinter banget ya.
7. Chad
Chad  yang merupakan salah satu peminjam terbanyak dari Bank Dunia    menyalahgunakan bantuannya itu. Hasil pendapatan dari Chad, pipa saluran    minyak Kamerun, dibiayai sebagian oleh Bank Dunia dan dioperasikan   oleh  Exxon Mobil-led consortrium, dikira telah digunakan untuk memberi   makan  rakyat miskin di negara itu. Ternyata, sekitar 30 juta dollar   digunakan  untuk membeli senjata untuk menjaga kekuatan pemerintah   Presiden Derby  Idris. Wah, jadi rakyat nggak lebih penting dari   presidennya tuh? Bank  Dunia yang diketuai Paul Wolfowitz sangat malu   karena masalah itu, lalu  menghentikan bantuan lebih dari setahun lalu,   tetapi tercapailah sebuah  perjanjian dengan Chad bulan Juli lalu dan   bantuan dana dilanjutkan.  Menurut pihak TI, mereka masih ragu dengan   keefektifan bantuan itu.
8.Bangladesh
Masih  berlanjut peperangan antara pemerintah dan rakyat sipil akibat    penindasan, korupsi di seluruh tingkat pemerintahan, terutama di bagian    kehakiman dan lingkaran politik, sering menyimpang hingga ke sektor    pribadi. Di bulan Maret, pemerintah baru berlatarbelakang militer    memenjarakan sedikitnya 40 pentolan masyarakat bisnis dan petinggi    pemerintah dari dua partai teratas dalam pemeriksaan korupsi, pihak TI    sedikit terkesan. Masih, setelah lima tahun berlalu di posisi teratas    dalam daftar, Bangladesh telah menandatangani rapat United Nations    melawan korupsi dan sekarang turun ke no. 8.
9.Uzbekistan
Yang  paling korup dari lima negara bekas Republi Soviet dalam daftar,    Ubzekistan terperosok ke dalam korupsi, huru-hara dan perselisihan    sering terjadi akbiat ketidakterimaan dibawah apa yang Departemen    Negarabagian AS katakan sebagau kebijakan otoriter Presiden Islam    Karimov, seorang komunis yang membawa rezim lama, yang mana selama    perlawanan penindasan kejam, mendorong korupsi yang menembus masyarakat,    teramasuk cabang eksekutif. Penyuapan akan memenangkan apapun mulai    dari izin institusi pendidikan terkemuka sampai perlakuan menyenangkan    di kasus lalu-lintas dan perkara hukum.
10.Equatorial Guinea
Salah  satu negara dengan kekuatan minyak terkecil, sekarang juga salah   satu  terkorup. Seperti yang lainnya, penyebabnya adalah perusahaan   minyak  besar yang beroperasi di sana, bagian dari Exxon Mobil, yang   seperti  main-main di sana, walaupun presiden koruptor Teodoro Obiang   Nguema  punya kekuatan. Sekarang, walalupun memungkinkan untuk memulai   bisnis  dalam dasar yang beralasan, terdapat satu peraturan yang   mengatakan  30% dari biaya, termasuk keuntungan minyak pergi ke dompet   Nguema.  Sekarang, sistem korupsi menjadi lebih rasional dan teratur dari    sebelumnya yang dimintai mendekati jumlah total.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Pemerintahan  yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono dan   Boediono haruskah  berbangga atau tidak bila melihat hasil yang   dikeluarkan Transparency  Internasional Indonesia baru-baru ini.   Berdasarkan prestasi indeks  korupsi (IPK) yang dikeluarkan lembaga   tersebut, Indonesia berada di  peringkat 111 dunia dan peringkat 5 di   kawasan Asia Tenggara dalam hal  negara yang bersih dari korupsi.
Todung Mulya  Lubis selaku Ketua Badan Transparency   Internasional Indonesia  menyatakan peringkat ini sebenarnya sudah   membaik di banding tahun  lalu dimana dalam pada 2008 negara ini   menduduki posisi 126 di dunia.  Namun, bukan berarti pemerintah dapat   tersenyum karena penghitungan  ini belum melihat faktor terbongkarnya   kasus dugaan korupsi yang  dilakukan oleh KPK dan Polri.
Adapun  negara-negara kawasan asia tenggara yang memiliki IPK   dibawah  Indonesia adalah Vietnam, Filipina, Kamboja, Laos, dan Myanmar.    Sementara, Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand    menempati peringkat yang lebih baik daripada Indonesia.
Korupsi  adalah musuh bersama masyarakat yang harus segera   diberantas di  negeri ini. Tidak ada kata-kata penawaran lagi. Mari   jadikan Indonesia  sebagai negara bebas dari segala bentuk kejahatan. 
CPI 2009 Indonesia
Skor  Indonesia dalam CPI 2009 adalah 2,8. Skor ini dapat dibaca bahwa    Indonesia masih dipandang rawan korupsi oleh para pelaku bisnis maupun    pengamat/analis negara. Skor Indonesia yang sangat rendah menunjukkan    bahwa usaha pemberantasan korupsi masih jauh dari berhasil dan komitmen    pemerintah terhadap terbentuknya tata kelola pemerintahan yang lebih    baik harus dipertanyakan. Ini sangat memprihatinkan apalagi bila skor    Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti  Singapura,   Brunei Darussalam (5,5), Malaysia (4,5), dan Thailand  (3,3).
Pada CPI 2008, Indonesia mendapat skor 2,6. Kenaikan  sebesar 0,2   tersebut tidak perlu dilihat sebagai suatu prestasi yang  harus   dibangga-banggakan karena:
- Skor 2,8 masih menempatkan Indonesia sebagai negara yang  dipersepsikan korup
 
- Perubahan skor 0,2 tidak terlalu signifikan
 
Namun  di sisi lain, metode CPI menyatakan bahwa perubahan skor dapat    terjadi apabila terjadi perbaikan atau perubahan yang dapat   terobservasi  dengan jelas. Menurut analisa dari  Transparency   InternationaI  Indonesia hal ini dapat dikaitkan pada dua hal, yaitu   prestasi Komisi  Pemberantasan Korupsi (KPK) dan reformasi Departemen   Keuangan. Meskipun  tidak berkorelasi langsung dengan meningkatnya skor   CPI Indonesia,  perubahan yang terjadi di dua institusi tersebut  menurut  TI-Indonesia  cukup signifikan dan dapat diobservasi dengan  jelas.
Usaha KPK dalam pemberantasan korupsi relatif baik  dibanding dengan   institusi penegak hukum lain di Indonesia. KPK cukup  konsisten dalam   kerjanya, dan karenanya kepercayaan masyarakat  kepadanya semakin tinggi.   Indikator yang bisa dilihat secara langsung  terlihat dari besarnya   dukungan masyarakat terhadap KPK dalam  perkembangan terakhir konflik KPK   dan Polri. Sementara itu, reformasi  di Departemen Keuangan juga dapat   dirasakan secara langsung oleh  masyarakat dan pelaku bisnis, terutama  di  bidang pajak dan bea cukai.
Prestasi  dua institusi tersebut, sayangnya belum diikuti dengan   perubahan  signifikan di institusi publik lain di negara ini.   Perkembangan  terakhir bahkan menunjukkan ada usaha sistematis melemahkan   KPK yang  dilakukan oleh oknum yang belum diketahui identitasnya.   Sementara  institusi kejaksaan dan kepolisian yang seharusnya menjadi   garda depan  penegakan hukum, semakin terpuruk akibat ulah oknum-oknum di    dalamnya.
sumber : 
fenz-capri