Popular Posts

irfblogBacklink






Rating for erosisland.blogspot.com

My Ping in TotalPing.com

Jumat, 15 Februari 2013

Catatan Lain Tentang "Nocturno" (Fragment)

Nocturno 

(Fragment)

Aku menyeru – tapi tidak satu suara
membalas hanya mati di beku udara
Dalam diriku terbujur keinginan
juga tidak bernyawa.

Mimpi yang penghabisan minta tenaga..
Patah kapak sia-sia berdaya
Dalam cekikan hatiku

Terdampar… Mengenyam abu dan debu
Dari tinggalannya suatu lagu.
Ingatan pada Ajal yang menghantu.
Dan dendam yang nanti membikin kaku...

Pena dan penyair keduanya mati,
Berpalingan!

1946
 ..........................................................
Nocturno
(Fragment)
..........................................................
//Aku menyeru – tapi tidak satu suara
membalas,/ hanya mati di beku udara./
/Dalam diriku terbujur keinginan,/
juga tidak bernyawa./
/Mimpi yang penghabisan minta tenaga,/
Patah kapak,/ sia-sia berdaya,/
Dalam cekikan hatiku/
/Terdampar..../ Mengenyam abu dan debu
Dari tinggalannya suatu lagu./
/Ingatan pada Ajal yang menghantu./
Dan dendam yang nanti membikin kaku..../
..................................................
/Pena dan penyair/ keduanya mati,
Berpalingan!//
 

1946

Apresiasi Struktur Fisik dan Struktur Batin

Nocturno

Struktur Fisik Puisi Chairil Anwar

  • Diksi (diction) -- Pemilihan diksi penyair dalam sajak ini lebih dalam. Terlihat bahwa penyair sudah pandai dalam memilih kata. Pemilihan kata-kata yang biasa di dengar dalam kehidupan sehari-hari yang tersusun dan menjadi lebih berarti serta benar-benar mendukung maksud puisinya. 
  • Imaji, daya bayang (imagery) -- Penyair menggunakan citra intelektual, membayangkan proses datangnya kematian pada dirinya. Ia penggunakan citra pendengaran, Aku menyeru – tapi tidak satu suara membalas, citra gerak, Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan!. 
  • Kata konkret (the concrete word) -- Kematian dan proses berlangsungnya kematian itu pun digambarkan secara nyata oleh penyair. Dimana orang yang mati akan terbujur kaku dan lepas dari segala yang masih hidup. 
  • Gaya bahasa (figurative language) -- Gaya bahasa penyair dalam sajak ini sangat menarik. Dengan gambaran proses kematian sesuai dengan gambaran nyata, melalui pemilihan kata-kata yang unik. Menginyam abu dan debu. Dari tinggalannya suatu lagu. selain itu, terdapat metafora dan allegori, Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan!. 
  • Irama dan rima (rhythm and rime) -- Memiliki irama yang bergantian antara tinggi dan rendah secara teratur. sajak Chairil ini mulai terlepas dari aturan-aturan lama. Hanya pada bait kedua berirama rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa).

Struktur Batin Puisi Chairil Anwar

  • Tema-arti (sense) -- Ternyata maut masih menggelayuti pikirannya, dalam puisi ini penyair menggambarkan proses datangnya kematian. Sang penyair bahkan seakan meramalkan sendiri bahwa hidupnya akan singkat.
  • Rasa (feeling) -- Penyair bersikap lebih mengerti dan semakin dapat menerima bahwa kematian memang sudah seharusnya datang dan harus diterima kapanpun sang kematian itu ingin datang. 
  • Nada (tone) -- Penyair masih bersikap rendah hati, isi sajaknya hanya menyatakan isi perasaannya dan kita sebagai pembaca dapat mengerti apa yang sebenarnya dirasakan penyair yang dia ungkapkan melalui sajaknya ini. 
  • Tujuan, amanat (intention) -- penyair hanya ingin menyatakan pandangan hidupnya serta keyakinannya akan sesuatu yang dinamakan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 2007. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sardjono, Partini. 1992. Pengantar Pengkajian Sastra. Bandung: Yayasan Pustaka Wina Pradopo, Rahmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

================================================================

Catatan lain tentang "NOCTURNO" (Fragment)

Warung Kopi by Ritz
Adalah sebuah kata asing yang tiba-tiba saja mencuat ketika aku masih di bangku Sekolah Dasar (SD) dan sering kukutip. Awalnya aku membacanya di badan bus saat diajak bapak lewat jalanan kota. Akhirnya, kata ''nocturno'' ini, dari badan bus mampir di lembar-lembar buku catatan. Maklum, istilah asing terasa lebih keren. Walau tak tahu arti dari kata asing itu.

Kali ini, ''nocturno'' kembali mampir dalam catatanku di halaman ini. Dan masih tetap keren. Sekarang aku tahu apa arti kata ini. Guru biologi menyebut beberapa "hewan yang aktif di malam hari" sebagai "hewan nocturnal".

Manusia makhluk yang rumit. Kompleks maksudnya. Mampu memilih -atau bisa saja terpaksa- aktif di malam hari. Padahal pada umumnya manusia aktif di siang hari.

Pola terbalik ini tentu bersemangatkan sebuah peluang, dan pemenuhan kebutuhan. Seperti yang dilakukan bapak sopir atau ibu penjaga warung. Mereka sebagai pihak penyedia alat pemuas kebutuhan atas permintaan yang selalu saja hadir. Dan kembali lagi, jika permintaan tinggi, kebutuhan pak sopir dan ibu penjaga warung terpenuhi. Tak peduli harus menjadi manusia "nocturno". Namanya juga manusia.

Riset/Teks/irf blog.

0 komentar

irfblog. Diberdayakan oleh Blogger.