Popular Posts

irfblogBacklink






Rating for erosisland.blogspot.com

My Ping in TotalPing.com

desain 1

Lawan rasa takut dan jalin silaturahmi dengan sesama rekan alumni.

desain 2

Lawan rasa takut dan jalin silaturahmi dengan sesama rekan alumni.

desain 3

Lawan rasa takut dan jalin silaturahmi dengan sesama rekan alumni.

desain 4

Lawan rasa takut dan jalin silaturahmi dengan sesama rekan alumni.

desain 5

Lawan rasa takut dan jalin silaturahmi dengan sesama rekan alumni.

Tampilkan postingan dengan label language and literature. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label language and literature. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Februari 2013

Catatan Lain Tentang "Nocturno" (Fragment)

Nocturno 

(Fragment)

Aku menyeru – tapi tidak satu suara
membalas hanya mati di beku udara
Dalam diriku terbujur keinginan
juga tidak bernyawa.

Mimpi yang penghabisan minta tenaga..
Patah kapak sia-sia berdaya
Dalam cekikan hatiku

Terdampar… Mengenyam abu dan debu
Dari tinggalannya suatu lagu.
Ingatan pada Ajal yang menghantu.
Dan dendam yang nanti membikin kaku...

Pena dan penyair keduanya mati,
Berpalingan!

1946
 ..........................................................
Nocturno
(Fragment)
..........................................................
//Aku menyeru – tapi tidak satu suara
membalas,/ hanya mati di beku udara./
/Dalam diriku terbujur keinginan,/
juga tidak bernyawa./
/Mimpi yang penghabisan minta tenaga,/
Patah kapak,/ sia-sia berdaya,/
Dalam cekikan hatiku/
/Terdampar..../ Mengenyam abu dan debu
Dari tinggalannya suatu lagu./
/Ingatan pada Ajal yang menghantu./
Dan dendam yang nanti membikin kaku..../
..................................................
/Pena dan penyair/ keduanya mati,
Berpalingan!//
 

1946

Apresiasi Struktur Fisik dan Struktur Batin

Nocturno

Struktur Fisik Puisi Chairil Anwar

  • Diksi (diction) -- Pemilihan diksi penyair dalam sajak ini lebih dalam. Terlihat bahwa penyair sudah pandai dalam memilih kata. Pemilihan kata-kata yang biasa di dengar dalam kehidupan sehari-hari yang tersusun dan menjadi lebih berarti serta benar-benar mendukung maksud puisinya. 
  • Imaji, daya bayang (imagery) -- Penyair menggunakan citra intelektual, membayangkan proses datangnya kematian pada dirinya. Ia penggunakan citra pendengaran, Aku menyeru – tapi tidak satu suara membalas, citra gerak, Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan!. 
  • Kata konkret (the concrete word) -- Kematian dan proses berlangsungnya kematian itu pun digambarkan secara nyata oleh penyair. Dimana orang yang mati akan terbujur kaku dan lepas dari segala yang masih hidup. 
  • Gaya bahasa (figurative language) -- Gaya bahasa penyair dalam sajak ini sangat menarik. Dengan gambaran proses kematian sesuai dengan gambaran nyata, melalui pemilihan kata-kata yang unik. Menginyam abu dan debu. Dari tinggalannya suatu lagu. selain itu, terdapat metafora dan allegori, Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan!. 
  • Irama dan rima (rhythm and rime) -- Memiliki irama yang bergantian antara tinggi dan rendah secara teratur. sajak Chairil ini mulai terlepas dari aturan-aturan lama. Hanya pada bait kedua berirama rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa).

Struktur Batin Puisi Chairil Anwar

  • Tema-arti (sense) -- Ternyata maut masih menggelayuti pikirannya, dalam puisi ini penyair menggambarkan proses datangnya kematian. Sang penyair bahkan seakan meramalkan sendiri bahwa hidupnya akan singkat.
  • Rasa (feeling) -- Penyair bersikap lebih mengerti dan semakin dapat menerima bahwa kematian memang sudah seharusnya datang dan harus diterima kapanpun sang kematian itu ingin datang. 
  • Nada (tone) -- Penyair masih bersikap rendah hati, isi sajaknya hanya menyatakan isi perasaannya dan kita sebagai pembaca dapat mengerti apa yang sebenarnya dirasakan penyair yang dia ungkapkan melalui sajaknya ini. 
  • Tujuan, amanat (intention) -- penyair hanya ingin menyatakan pandangan hidupnya serta keyakinannya akan sesuatu yang dinamakan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 2007. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sardjono, Partini. 1992. Pengantar Pengkajian Sastra. Bandung: Yayasan Pustaka Wina Pradopo, Rahmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

================================================================

Catatan lain tentang "NOCTURNO" (Fragment)

Warung Kopi by Ritz
Adalah sebuah kata asing yang tiba-tiba saja mencuat ketika aku masih di bangku Sekolah Dasar (SD) dan sering kukutip. Awalnya aku membacanya di badan bus saat diajak bapak lewat jalanan kota. Akhirnya, kata ''nocturno'' ini, dari badan bus mampir di lembar-lembar buku catatan. Maklum, istilah asing terasa lebih keren. Walau tak tahu arti dari kata asing itu.

Kali ini, ''nocturno'' kembali mampir dalam catatanku di halaman ini. Dan masih tetap keren. Sekarang aku tahu apa arti kata ini. Guru biologi menyebut beberapa "hewan yang aktif di malam hari" sebagai "hewan nocturnal".

Manusia makhluk yang rumit. Kompleks maksudnya. Mampu memilih -atau bisa saja terpaksa- aktif di malam hari. Padahal pada umumnya manusia aktif di siang hari.

Pola terbalik ini tentu bersemangatkan sebuah peluang, dan pemenuhan kebutuhan. Seperti yang dilakukan bapak sopir atau ibu penjaga warung. Mereka sebagai pihak penyedia alat pemuas kebutuhan atas permintaan yang selalu saja hadir. Dan kembali lagi, jika permintaan tinggi, kebutuhan pak sopir dan ibu penjaga warung terpenuhi. Tak peduli harus menjadi manusia "nocturno". Namanya juga manusia.

Riset/Teks/irf blog.

Jumat, 01 Februari 2013

AWAL CERITA AKSARA JAWA : HANACARAKA

ASAL USUL AKSARA HANACARAKA

Aksara Hanacaraka merupakan salah satu aksara yang digunakan di Tanah Jawa dan sekitarnya, sering disebut aksara Jawa. Aksara Hancaraka sebenarnya diambil dari lima aksara pertama dalam aksara Jawa: “hana caraka”. Aksara Jawa sendiri berjumlah dua puluh aksara, yaitu:

ha   na   ca   ra     ka

da   ta    sa   wa   la

pa   dha ja    ya   nya

ma  ga   ba   tha   nga


Urutan aksara tersebut juga dapat dibaca menjadi kalimat berikut:

“Hana caraka” artinya “ada utusan”

“Data sawala” artinya “sedang bertengkar”

“Padha jayanya” artinya “sama-sama kuatnya”

“Maga bathanga” artinya “sama-sama menjadi mayat (mati)”

         Urutan kata-kata tersebut sebenarnya diambil berdasarkan legenda Aji Saka. Ceritanya seperti berikut ini:

         Konon, pada jaman dahulu, ada seorang putra raja bernama Aji Saka dari Tanah Hindhustan. Ia bercita-cita menjadi pendeta karena senang mengajar ilmu yang beraneka ragam.

       Suatu ketika, Aji Saka memiliki keinginan pergi ke Tanah Jawa untuk menyebarkan ilmu. Kepergiannya didampingi empat abdi, yaitu Duga, Prayoga, Dora, dan Sambada. Mereka sampai di Pulau Majethi dan istirahat sejenak. Ia meninggalkan kedua abdinya, Dora dan Sambada, di Pulau Majethi. Mereka diberi pesan tidak boleh meninggalkan pulau dan harus menjaga pusaka keris yang tidak boleh diberikan kepada siapapun kecuali Aji Saka sendiri yang memintanya. Selanjutnya Aji Saka, Duga, dan Prayoga meneruskan perjalanan menuju Pulau Jawa.

       Mereka sampai di kerajaan Medhang Kamolan yang diperintah oleh Prabu Dewata Cengkar dan Patih Tengger. Diceritakan bahwa sang raja gemar makan daging manusia, sehingga rakyat takut dan memilih meninggalkan kerajaan. Singkat cerita, Aji Saka menjadi guru di sebuah wilayah kerajaan tersebut. Ia dan dua abdinya menempati kediaman nyai randha Sengkeran dan diangkat menjadi putranya. Sosoknya yang penuh cinta kasih, piawai, santun, suka menolong membuat  rakyat di sekitar kediamannya menjadi murid Aji Saka.

       Pada suatu hari, Prabu Dewata Cengkar gusar karena semakin menipis persediaan orang yang bisa dimakan. Hingga membuat Aji Saka berketetapan menjadi makanan raja. Keputusan itu membuat kaget ibu angkatnya, namun Aji Saka menentramkan ibu angkatnya dengan menjamin bahwa dirinya tidak akan mati. Ia pun diantar menghadap Prabu Dewata Cengkar.  Sesampai di istana, raja terkesima dengan pembawaan Aji Saka bahkan muncul perasaan sayang dan mau mengangkatnya menjadi pejabat.

       Aji Saka menolak namun mempunyai satu permintaan, yaitu tanah seluas ikat kepalanya dan harus diukur sendiri oleh raja. Prabu Dewata Cengkar menerima.

       Ikat kepala Aji Saka lalu dibuka, terurai, semakin lama semakin luas dan panjang. Prabu Dewata Cengkar mulai mengukur dengan mengikuti ikat kepala Aji Saka hingga tak terasa mentok sampai ke laut selatan. Ketika mendekat pinggir lautan, Aji Saka mengibaskan ikatnya. Saat itu juga sang prabu tercebur ke laut kemudian berubah menjadi buaya putih yang menguasai laut selatan.

       Mendengar berita tersebut, rakyat Medhang Kamolan bergembira karena raja yang kejam sirna. Aji Saka didaulat rakyat menjadi raja di Medhang Kamolan dengan gelar Prabu Widayaka. Duga dan Prayoga diangkat menjadi bupati dengan gelar Tumenggung Duga dan Tumenggung Prayoga.

       Prabu Widayaka teringat dua abdinya, Dora dan Sambada yang ditinggal di Pulau Majethi, lalu menanyakannya kepada Duga dan Prayoga. Mereka berdua tidak bisa memberi jawaban karena sudah lama tidak mendengar kabar kedua temannya tersebut.

       Alkisah di Pulai Majethi, Dora dan Sambada mendengar berita bahwa Aji Saka telah menjadi raja di Medhang Kamolan. Dora memiliki keinginan menghadap gustinya. Namun Sembada tidak mau diajak karena takut melanggar perintah: tidak boleh pergi dari Pulau Majethi dan harus menjaga pusaka keris sampai diperintahkan oleh Aji Saka.

       Dora tetap pergi menghadap raja ke Medhang Kamolan. Di tengah jalan, Dora bertemu dengan Tumenggung Duga dan Prayoga, mereka bersama-sama menghadap Prabu Widayaka. Sang Prabu menanyakan tentang Sambada, Dora menjawab kalau Sambada tidak mau ikut. Mendengar perkataan Dora, Prabu Widayaka kaget. sang Prabu lalu memerintah Dora untuk kembali lagi ke Pulau Majethi memanggil Sambada dan minta diambilkan keris pusaka yang dijaga Sambada.

       Dora bergegas pergi ke Pulau Majethi, namun Sambada tetap tidak percaya atas perkataan Dora. Akhirnya keduanya bertengkar dan saling menusuk menggunakan pusaka. Karena sama-sama kuat, tidak ada yang kalah. Akhirnya mereka berdua mati.

          Prabu Widayaka menantikan kedatangan Dora yang telah lama belum ada kabar berita. Kemudian mengutus Duga dan Prayoga menyusul ke Pulau Majethi. Sesampai di tempat, Duga dan Prayoga hanya menemukan Dora dan Sambada sudah meninggal. Jejaknya seperti habis bertengkar dan terluka oleh senjata (keris). Pusaka (keris Prabu Widayaka) yang dijaga tergeletak di samping mayat mereka. Pusaka tersebut dibawa ke Istana Medang Kamolan.

Duga dan Prayoga menjelaskan keadaan Dora dan Sambada kepada sang prabu. Ia  kaget dan teringat pada perintahnya kepda dua abdinya untuk tidak meninggalkan Pulau Majethi. Prabu Widayaka kemudian menciptakan aksara Jawa, yaitu Hanacaraka agar dapat digunakan untuk menulis surat dan sebagai pengingat Dora dan Sambada, dua abdinya yang sangat setia hingga akhir hayat.

Sabtu, 19 Januari 2013

Apa Sih Puisi Mbeling?

Pengertian Puisi Mbeling

Pandangan Jeihan sendiri mengenai puisi 'mbeling':

“ Puisi mbeling adalah puisi yang membumikan persoalan secara konkret, langsung mengungkapkan gagasan kreatif ke inti makna tanpa pencanggihan bahasa”.

Adapun sikap mbeling yang esensial adalah menjalani hidup dengan jiwa kanak-kanak, yang makna dan pengertiannya tidak kekanak-kanakan, dan juga tidak kebarat-baratan. Tidak sok serius dalam menanggapi keadaan, tetapi dalam mereaksi sebuah persoalan, sarat dengan makna. Ini tidak berarti santai dan tidak berarti tidak peduli pada lingkungan hidup.

Pandangan Jakob Sumarjo mengenai puisi mbeling:

“puisi mbeling adalah bermain demi permainan itu sendiri. Kenikmatan puisi mbeling terletak pada kesipan pembaca untuk memasuki permainan kata-kata dan bentuk-bentuk dalam kata-kata atau huruf-huruf demi permainan itu sendiri. Kalau pembaca menemukan kenikmatan atau pesona di situ, maka cukuplah sudah puisi semacam itu(puisi mbeling).
Menurut Sapardi Djoko Damono dalam esainya Puisi Mbeling:

Suatu usaha pembebasan (Bahasa dan Sastra, tahun IV No.3/1978, Pusat Pengembangan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud) beliau mengatakan bahwa istilah mbeling kurang lebih berarti nakal, kurang ajar, sukar diatur, dan suka berontak.

Pandangan Soni Farrid Maulana mengenai puisi mbeling:

jika puisi lirik merupakan sebuah jalan raya, maka puisi mbeling adalah sebuah jalan tikus yang memaksan orang menghentikan kendaraannya melewati jalan raya yang macet itu, yang kemudian dipilihnya jalan tikus untuk sampai ke tempat tujuan. Tentu saja, dalam melewati jalan tikus itu orang tidak akan mendapat pemandangan indah. Tidak akan mendapatkan langit yang senantiasa bersih warna birunya. Pemandangan yang ada di situ, bisa jadi deretan jemuran celana dalam, wajah-wajah yang kumuh didera kemiskinan, parodi-parodi kehidupan dan sebagainya dan sebagainya”.

Dalam kata lain, puisi mbeling adalah semacam jeda dari “tradisi” penulisan puisi lirik indonesia, yang tentu saja dalam cara mengapresiasinya perlu semacam pisau analisis atau wacana lain, yang berbeda dengan wacana puisi lirik, simbiolisme, surrealisme, dan isme isme yang lainnya dari berbagai belahan dunia.
Latar Belakang Munculnya gerakan Puisi Mbeling

Jeihan berkata tentang gerakan puisi mbeling ini:

“Sekali lagi saya tegaskan, bahwa puisi yang saya tulis pada tahun 1969 merupakan cikal bakal lahirnya gerakan puisi mbeling. Pada awal tahun 70-an, rumah saya di cicadas kerap dijadikan markas para seniman Bandung yang memang berpikiran nakal-nakal. Mereka antara lain Remy Sylado, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Sanento Yuliman dan Wing Karjo. Pada bulan Oktober 1971, kami dikejutkan oleh Rendra yang membuat perkemahan kaum urakan di pantai Parangtaritis, Yogyakarta. Untuk mereaksi gerakan tersebut, lalu kami sepakat membikin gerakan puisi mbeling. Jadi gencarnya publikasi puisi mbeling itu sendiri merupakan reaksi atas gerakan kaum urakan yang dikomandani oleh Rendra, pada 16 Oktober 1971”

Sebagai gerakan, apa yang diganyang oleh gerakan puisi mbeling sebagaimana pernah dikatakan penyair Taufiq Ismail, ternyata bukan hanya kritik terhadap puisi itu sendiri. Tetapi juga sekaligus merupakan kritik terhadap majalah sastra horison dan para penyair yang sudah mapan pada saat itu.

Apresiasi puisi-puisi mbeling Jeihan Sukmantoro.

Pada bagian pertama, akan diulas bagaimana puisi mbeling Jeihan yang ditulisnya dengan menggunakan kata-kata sebagai daya ekspresi dari kegelisahan batinnya yang direaksinya secara main-main, tapi ternyata sungguh-sunguh. Sedangkan pada bagian lain adalah menikmati puisinya yang menggunakan lambang angka dan lambang huruf.

BAGIAN PERTAMA

Dimulai dengan puisinya berjudul NELAYAN yang mengungkapkan dasar filosofi kaum mbeling tahun 1970-an.

NELAYAN

Di tengah laut
Seorang nelayan berseru
Tuhan bikin laut
Beta bikin perahu
Tuhan bikin angin
Beta bikin layar

Tiba-tiba perahunya terguling

Akh,
Beta main-main
Tuhan sungguh-sungguh

1974

Puisi di atas seolah mau menyatakan maksud puisi mbeling, yakni bahwa “beta main-main, tuan sungguh-sungguh”. Puisi bertolak dari niat bermain-main. Niat untuk membuat bentuk demi suka ria bersama. Walaupun sejumlah puisinya tidak dapat dianggap hanya permainan kata belaka. Seperti sejumlah puisi selanjutnya.

Apa yang ditulis Jeihan dalam sejumlah puisi mbelingnya, ternyata selalu berada dalam arus kesadaran akan situasi yang terjadi pada saat itu. Kerap bersinggungan dengan masalah sosial. Semisal pada sebuah puisi mbelingnya di bawah ini:

PANGGILAN

NARKO
TIKNO
NARKOTIK
NO!

1974

Pada konteks ini, puisi tersebut bukan hanya permainan makna, namun sudah jauh-jauh hari Jeihan menolak kehadiran narkotik di bumi Indonesia. Dan hingga kini puisi tersebut terasa aktual sekaligus kontekstual dengan zaman yang mengiringinya

Sementara dalam puisinya di bawah ini: 

KELUARGA BERENCANA, 2 

Ata 
Adi 
Aga 

Astaga 
Anakku sudah tiga! 
Biar saja

1973

Lewat puisinya ini Jeihan sesungguhnya sedang mereaksi program KB yang sudah mulai digencarkan pemerintah sejak awal tahun 1970-an. Jeihan di situ ingin menunjukan, bahwa dirinya sudah terlanjur punya anak tiga dan berusaha untuk masuk KB. Dan slogan KB adalah dua anak cukup. Tapi nyatanya di kemudian hari, Jeihan tidak mengikuti program tersebut.

Dari tiga puisi di atas, tampak Jeihan banyak memanfaatkan kata-kata sehari-hari, yang boleh jadi hal itu menjadi sampah bagi penulisan puisi lirik, simbolik, atau surrealisme. Walau teks yang digunakan Jeihan berangkat dari sampah kata-kata, nyatanya teks tersebut masih memberikan kebulatan makna. Masih merupakan sebuah pemandangan sekaligus pandangan batin yang koheren dengan kehidupan yang dialaminya dan dijalaninya secara personal.

Sementara dalam puisinya berikut:

MUKADIMAH PUISI MBELING

sadjak ja sadjak
djejak ja djejak
sadjak cari djejak
djejak cari sadjak

biarkan

jang djejak, djejak
jang sadjak, sadjak 

1971

Kaum mbeling membedakan antara kenyataan historis-empiris dengan seni, yang satu sama lainnya tidak ada hubungannya. Ini ditegaskan dalam frase: jang djejak, djejak/ jang sadjak, sadjak//. Meskipun mereka mengakui hak orang lain berkonsep yang berbeda: sadjak cari djejak/ djejak cari sadjak//.

Sajak, seni, adalah dunia otonom yang yang lepas dari kegunaan hidup praktis. Dalam sajak, orang bisa berbuat apa saja dengan cara apa saja. Dalam mbeling dijamin kebebasan ekspresi dan imajinasi.

Pada tahun 1974, Jeihan menulis sajak berjudul kembali

KEMBALI

Dari gumpalan tanah
Jadi gumpalan darah
Jadi gumpalan nanah
Dari tanah ke tanah

Sajak di atas membuktikan religiusitas Jeihan yang kuat. Manusia hanya berasal dari tanah. Tanah menjadi darah. Darah menjadi nanah. Manusia sakit, menderita dan akhirnya mati, menjadi tanah kembali. Inilah perenungan yang sama sekali lepas dari sifat mbeling. Di balik senda guraunya yang rasional, Jeihan di lubuk hatinya masih kuat intuisi keagamaannya.

BAGIAN KEDUA


Lambang-lambang huruf atau angka yang ditulis Jeihan, seperti puisi berikut:

DOA

A
A A
A A A
A A AA
A A A A A
A A A A A A
A A A A A A A
A A A A A A A A
A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A A A A A A
A A A A A A A A A A A A A A A A A

Menurut Soni Farid Maulana, huruf A dalam puisi tersebut bisa ditafsir sebagai permulaan dari nama Adam, yang lebih lanjut bisa juga ditafsir sebagai manusia pada umumnya, yang kerap berdoa dan seusai doa mengatakan Amin. Frase Amin yang diucap sebanyak tujuh belas kali itu, yang berdasar pada susunan huruf A dalam bentuk piramid itu, adakah merupakan akhir dari pembacaan surat Al-Fatihah yang diucap dalam setiap rokaat shalat? Bukankah jumlah rokaat shalat wajib dari Subuh hingga Isya itu sejumlah 17 rokaat? Boleh ditafsirkan demikian, dan boleh juga tidak.

Namun menurut Jakob Sumardjo, puisi ini adalah ucapan persetujuan dalam doa, yang berarti manusia menyetujui semua yang dipancarkan dan berasal dari “Atas”, yaitu Tuhan sendiri. Tipografi ini dapat dibaca dari atas sebagai bermakana yang berasal dari yang tunggal dan dibaca dari bawah yang bermakna semuanya untuk yang tunggal. Inilah keyakinan teguh sebuah iman.

Dari puisinya yang lain seperti dalam HAL, 2 berikut:

HAL, 2

O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
O O O O O O O O O
S . O . S
O 2
!

S.O.S dan O2, itulah kunci dari puisi ini. Yakni, Jeihan ingin berteriak bahwa pada saat ini pencemaran udara sudah mencapai titik gawat. Dalam puisi tersebut Jeihan menggunakan lambang kimia, O2 yang berarti oksigen. Sedangkan deretan lambang O yang dibangunnya dengan citra lambang palang merah atau palang hijau itu, seakan mencitrakan mulut orang yang menganga, mengharapkan oksigen yang segar. Mulut yang menganga dan megap-megap itu, bagai mulut ikan yang diangkat dari air ke daratan. Gambaran semacam itulah yang ingin diungkap oleh Jeihan.

DAFTAR PUSTAKA
PENGERTIAN PUISI MBELING

Sumber : Pidri Esha
dari Grup  BERMAIN KATA KATA CINTA dan 
YPRSI. 2000. MATA mbeling JEIHAN. Bandung: Grasindo
Pada :  15 Oktober 2011 pukul 0:21 PAGI
Melalui : Uthman Hapidzuin

Selasa, 15 Januari 2013

Mind Where is My Mind

Taklim I

Filsafat Yunani, terbagi menjadi dua mazhab besar pemikiran. Socratesisme dan Sophisisme. Ajaran Socrates cenderung meneguhkan absolutisme, sementara ajaran Sophisisme cenderung kepada pemikiran nihilisme.

Pertama-tama, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) Yang Disempurnakan, pemberian imbuhan isme artinya menunjukkan suatu paham. Paham = Filosofi. Di sini ada dua paham yaitu Nihilisme dan Absolutisme.

Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofi yang sering dihubungkan dengan Friedrich Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. Nihilisme biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini : tidak ada bukti yang mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekuler adalah tidak mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain.

Paham ini Blunder. Karena penganut paham ini adalah seorang Ateis (menurut info). Kalau misalnya dia bilang manusia itu tidak punya tujuan, terus kenapa dia masih hidup? Sejak dia sadar kalau dia tidak punya tujuan (orang yang tidak punya tujuan ya, sudah diam saja; jangan jadi filsuf segala) dia menjadi seorang filsuf itu kan sama dengan tujuan hidupnya itu.

Intelektualisme dalam filosofi itu = Rasionalisme. Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasar kepada fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.

Paham ini juga sama, Blunder, karena tidak setiap kebenaran itu bisa dibuktikan. Manusia jangan sok jago.. Mau ngebuktiin segalaa sesuatunya seolah2 dia tahu segalanya daripada Dzat yang Maha Tahu..nggak akan mampu sampai kapan pun.

Kamis, 10 Januari 2013

Bukti Ilmiah Tentang Kekuatan Kata-Kata

Oleh Irwan Firdaus

The True Power of Water

Peneliti Jepang, Dr. Masaru Emoto membuktikan bahwa air sanggup membawa pesan dan informasi positif. Kata-kata memiliki daya yang juga luar bisa dalam proses penciptaan, dimana kata-kata mampu mempengaruhi situasi dan kondisi yang akan anda alami.

Hal ini terjadi karena sesungguhnya kata-kata memiliki daya! Dan pernyataan ini telah dibuktikan secara ilmiah. Di dalam bukunya "The True Power of Water", Masaru Emoto telah membuktikan bahwa kata apapun baik yang diucapkan atau tidak diucapkan akan mempengaruhi molekul air.

Melalui metode fotografi Kristal ia membuktikan bahwa air yang diberi tulisan "Hope" akan membentuk Kristal Heksagonal yang indah, sedangkan air yang diberi tulisan "You fool" akan merusak dan menghancurkan Kristal air tersebut.

Inilah bukti ilmiah tentang kekuatan kata-kata, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya efek dari kekuatan kata-kata tidak hanya berlaku pada air, tetapi juga pada segalanya!

Kata-kata memiliki daya yang akan memancarkan dayanya, sesuai sifat dari kata-kata tersebut. Inilah rahasia yang tidak diketahui oleh banyak orang.

Ingatlah ini :  

"Setiap kata yang keluar adalah daya, kekuatan untuk menciptakan pengalaman yang akan terjadi pada Anda".

1. Kristal air dari air yang dibacakan do'a-do'a Islam,

2. Kristal air pengaruh musik simphony seperti mozart,

3. Kristal air pengaruh kata-kata kebajikan,

4. Kristal air yang di beri ucapan kata "Malaikat",

5. Kristal air yang diberi ucapan kata "Syaitan",

6. Kristal air yang dipengaruhi musik metal.

 

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air.

Air sebelum dan sesudah dibacakan do'a:

Masaru Emoto menyimpulkan bahwa partikel air dapat dipengaruhi oleh suara musik, doa-doa, dan kata-kata yang ditulis dan dicelupkan kedalam air tersebut.

Di sebuah hotel di kota Kualalumpur, Malaysia, Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama, Jepang, memaparkan hasil risetnya mengenai air yang ditulisnya dalam buku "The True Power of Water". Sejumlah slide kristal molekul air dari berbagai sumber, seperti air dari mata air, sungai, laut, telaga, dsb. Ditayangkan pada kesempatan itu.

Beberapa molekul air yang ditelitinya berbentuk tak teratur dan ada satu kristal air yang nampak paling indah dan cantik, berbentuk seperti bunga atau cakra, bagaikan bertahta berlian mutu manikam, berkilau-kilau memancarkan belasan warna. "Molekul air apakah ini?" tanya Masaru Emoto.

Suasana mendadak senyap, hadirin nampak terpana, dan tak tahu persis kristal molekul apa gerangan. Namun tiba-tiba seorang dosen dari Universitas Malaysia mengacungkkan tangan, "Mungkin itu adalah molekul air Zamzam", katanya.

Dr. Masaru Emoto balik bertanya, "Mengapa Anda berpendapat bahwa itu adalah molekul air Zamzam?"

Kata dosen itu, "Sebab air Zamzam adalah air yang paling mulia di dunia ini, jadi wajar kalau ia memiliki molekul berupa berlian yang berpendar indah."

Ternyata dugaan dosen itu benar. Itu memang air Zamzam. Penelitian Dr. Masaru Emoto telah menunjukkan bahwa air Zamzam memiliki molekul air paling cantik dan indah di antara air lainnya.

 "Wajarlah sumur zam-zam terletak di Kota Mekah sebagai pusat ibadah milyaran umat Islam yang setiap saat datang umrah dan setiap tahun haji untuk memanjatkan berbagai macam doa dan berdzikir kepadanya-Nya".




Dalam bukunya "The Hidden Message in Water", Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain.

Temuan ini menjelaskan air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu, hal ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit. Tubuh manusia memang 75% terdiri dari air. Otak 74.5%, Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air.

Rasulullah pernah membacakan Ruqyah pada bejana yang berisi air dan ditiupkan kedalamnya kemudian menyuruh penderita untuk meminumnya atau mandi dengan air tersebut. Hadits dari A'isyah:  
 "Ia pernah membawa air zamzam kemudian ia memberitahu (kepada para shahabat) bahwasanya Rasulullah SAW membacakan doa pada air zamzam yang ada dalam bejana dari kulit lalu beliau menuangkan air itu pada gelas dan meminumkannya kepada orang-orang yang sakit" (HR. Muslim).

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Al Qur'an, 21:30)

Nabi Muhammad SAW, bersabda:  

"Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh itu terdapat segumpal darah; apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ingatlah, hal itu adalah hati."  - (Al Hasyimi: Syarah Mukhtaarul Ahaadiits. hal 207)
Oleh karena itu marilah kita mensucikan hati kita dengan selalu berfikir, mendengar, melihat, dan berucap , serta melakukan hal-hal positif.
Baca Juga :
The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto
The True Power of Water, Dr. Masaru Emoto
Al-Qur'an dan Hadist

Membaca Karya Puisi 1998 - Mustofa Bisri

Kembalikan Makna Pancasila  (1998)

oleh Mustofa Bisri

      selama ini di depan kami
      terus kalian singkat-singkat pancasila
      karena kalian takut ketauan
      sila-sila yang kalian maksud
      sila-sila yang kalian anut
      tidak sebagaimana yang kalian tatarkan
      kepentingan-kepentingan sempit sesaat
      telah terlalu jauh menyeret kalian
      maka pancasila kalian pun selama ini adalah :

KESETANAN YANG MAHA PERKASA
KEBINATANGAN YANG DEGIL DAN BIADAB
PERSETERUAN INDONESIA
KEKUASAAN YANG DIPIMPIN OLEH MIKMAT KEPENTINGAN
DALAM KEKERABATAN / PERKAWANAN
KELALIMAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

      dan sorga kamipun menjadi neraka
      di depan dunia
      ibu pertiwi menangis memilukan
      merahputihnya di cabik-cabik
      anak-anaknya sendiri bagai serigala
      menjarah dan memperkosanya

      o, gusti kebiadaban apa ini ?
      o, azab apa ini ?
      gusti,
      sampai memohon ampun kepada Mu pun
      kami tak berani lagi

Selasa, 08 Januari 2013

Cerpen Jempol dan Sosmed

oleh Irwan Firdaus

Menyoal sosial media : facebook dan twitter!

Pada facebook sebagai penanda "suka" adalah jempol, (berarti yang "tidak suka" tidak memberi jempol?) --tidak juga! Rasa "suka" dan "tidak suka" terserah pada selera saja, mau diuraikan dengan komentar atau pun tidak. Pada sosial media twitter si pekicau hanya melemparkan ocehan -nya dengan sebutan 'twitt'. Ocehan atau "cangkeman" dalam versi tulisan ini di sebut sebagai twitter. Kalau bermutu, syukurlah. Kalau tidak bermutu, ya memang begitulah sewajarnya. Twitter adalah sosial media ocehan, oleh sebab itu banyak dari penggunanya yang menggunakan jempol. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu mencerdaskan jempolnya sendiri". Hanya pada twitter-lah si jempol di beri kesempatan untuk berdikari. Selama ini kan si jempol hanya di perbudak untuk bikin cap jempol saja. Dahulu, jempol tak diberi kesempatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara! Kalau kepala tidak berpikir, bagaimana jempol bisa menggantikan kepala? Mungkin Twitter bisa mencerdaskan jempol bangsa.

Condet, 08 Januari 2013

Baca Juga:

Sajak Jigong : Literer Basi Tentang "Kemerdekaan"

Cerpen Sebatang Rokok

Cerpen Sebatang Rokok

Terlalu mudah memberi nasihat dan khotbah kepada orang lain; menjadi sulit tatkala harus menerima nasihat itu bagi dirinya sendiri. Derita pun semakin bertambah tatkala mengetahui isi dompetnya kosong. Jangankan untuk membeli makanan, membeli sebatang rokok diwarung pun sudah tak mampu lagi. Begitulah deritanya : Sebatang Rokok!
 
Irwan Firdaus, Condet 28.11.2012

Ideologi di Balik Rokokku 

Ideologi di balik rokokku yang di tulis oleh (Mohamad Sobary, di Oase Kompas.com) bahwa seorang yang hingga umur 58 th tak pernah merokok, dan tiba-tiba merokok, jelas bukan karena salah pergaulan. Selama ini tak pernah ada yang salah dalam pergaulan saya. Para perokok berat di antara kenalan, teman dan sahabat, maupun anak buah di kantor, tetap menjadi perokok berat dan saya tak terpengaruh, kecuali merasa sumpek dan panas.

Merokok tidak sehat. Merokok mempengaruhi kesehatan lingkungan. Merokok mencabik-cabik ekonomi perokok dari keluarga miskin. Merokok menyebabkan kanker, impotensi, merusak janin, sudah saya baca dengan sebaik-baiknya dan pesan terselubung agar orang tak merokok, saya taati. Di sana dengan sendirinya mungkin ada kebenaran. Jadi saya tak pernah berusaha untuk merasa tak setuju dengan anggapan-anggapan itu.

Tapi sesudah membaca tulisan Wanda Hamilton bahwa data yang diklaim sebagai kebenaran oleh para pejuang antri rokok dianggap tidak sahih, saya mulai terlibat dalam pemikiran tentang benar-salah di dalamnya. Dan ketika disebutkan bahwa yang terjadi di tengah gerakan anti rokok  itu sebenarnya perang bisnis yang tidak adil, saya memperkukuh pemikiran mengenai ketidakadilan ini sebagai bagian dari kekuatan sosial-ekonomi yang patut diperhatikan lebih seksama. Sikap tidak adil tak bisa dibiarkan begitu saja.

Kemudian ketika Bloomberg Inisiative mengumumkan bahwa lembaga itu menyesponsori ilmuwan, kaum profesional, lembaga penelitian, lembaga yang mengamati produk dan kenyamanan hidup masyarakat yang membelinya, juga, termasuk, menyesponsori lembaga keagamaan, agar membuat fatwa haram atas rokok, maka jelas bagi saya, bahwa ada sesuatu tingkah laku yang mencerminkan keserakahan global.

Banyak pihak dipengaruhi dengan duit. Para pejabat di Departemen, tingkat menteri, di bawah menteri, gubernur, bawahannya, bupati atau wali kota dan bawahan mereka, semua menjadi korban yang berbahagia, karena limpahan duit yang tak sedikit jumlahya untuk masing-masing pihak. Mereka menjadi korban kecil, karena harus membuat aturan dan sejumlah larangan merokok, yang mungkin tak sepenuhnya cocok dengan hati nurani.

Tapi apa artinya hati nurani di jaman edan ini dibanding duit melimpah? Para pejabat itu rela membunuh hati nurani mereka sendiri demi duit. Dan saya pun makin marah. Kemarahan itu makin jelas dan makin jelas bentuk ideologinya. Dengan begitu apa yang pribadi, bisa dikesampingkan.

Gerakan itu alur rasionya demi kesehatan lingkungan. Tapi tak tahukah mereka, bahwa di balik logika kesehatan itu ada keserakahan kaum kapitalis asing yang hendak menguasai bisnis global di bidang kretek? Kretek kita sangat khas. Dan di negeri orang bule, kretek kita mengantam telak perdagangan rokok putih mereka. Kretek unggul. Dan karena itu mereka berhitung bagaimana kretek bisa mereka caplok.

Djie Sam Soe, Sampoerna, sudah dikuasai Phlilip Morris. Bentoel sudah dikuasai BAT, yang sejak puluhan tahun lalu hendak mencaplok kretek kita.  Pada mulanya saya bergabung dengan asosiasi Petani Tembakau (APTI) Jawa Tengah, sebagai penasihat para pengurusnya. Saya wara-wiri ke daerah tiga gunung: Sumbing, Sindoro, Perahu. Sambil melakukan penelitian, saya juga melakukan advokasi, membela para petani tadi.

Tapi persoalan berkembang sangat cepat. DPR menyusun RUU. Pemerintah menyusun RPP. Intinya hendak membunuh kretek. Dan petani dipaksa melakukan alih fungsi lahan, untuk bercocok tanam lain selain tembakau. Ini sudah  merupakan kekerasan dan pelanggaran hak hidup yang luar biasa, karena pengaruh para kapitalis asing makin besar.

Bagi saya, mereka bukan lagi kapitalis, melainkan kapitalis yang serakah sekaligus kolonialis dan imperialis. Kapitalis silahkan saja berebut lahan bisnis dan melakukan perang bisnis secara fair, terbuka, dengan semangat kompetisi bebas yang dibangggakan Amerika Serikat. Tapi bukan kompetisi bukan perang dagang yang terjadi. Semangat kaum penjajah seperti di zaman VOC dulu, lahir kembali dalam bentuk baru.

Dengan memperalat ---atau mungkin kerjasama--- dengan  pejabat, aktivis, kaum profesional, ilmuwan, dan kaum rohaniwan yang bekerja di lembaga keagamaan---langkah mereka menjadi makin kukuh. Dan saya pun makin gigih melakukan perlawanan dengan tulisan.

Sebagai warga negara Indonesia, yang hidup di sini, makin dan tenteram di sini, relakah saya membiarkan orang asing berjumpalitan membunuh bisinis bangsa kita sendiri? Saya tidak rela. Melihat kaum profesional, aktivis, ilmuwan, rohaniwan, teman-teman saya dijerumuskan ke jurang kehinaan macam itu, haruskah saya diam? Saya tidak rela.

Tapi apakah dengan begitu saya tak sadar telah membela kapitalis? Saya membela kapitalis Indonesia yang membayar pajak untuk negeri kita, yang memberi lapangan kerja bagi bangsa kita, yang membayar banyak pungutan, dan hitunglah cukai yang enam puluh lima trilliun itu, semua untuk Indonesia. Kalau saya membela mereka, dan melawan kapitalis yang sekaligus kolonialis dan imperialis, apa yang salah?

Saya membela petani. Saya membela pabrik,  dan semuanya demi melawan kolonialis dan imperialias yang kejam, dan menghancurkan kehidupan bangsa-bangsa Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Efek kolonialisasi dalam jiwa bangsa kita belum sembuh. Kita masih merasa minder pada bangsa Barat. Kita masih menganggap mereka suri teladan mulia.

Tak ada kemuliaan bagi penjajah. Negeri kita hancur karena mereka. Kita diadu domba karena duit. Kita bertengkar karena alasan palsu. Keuntungan ada di kaum kolonialis. Dan saya waspada. Ideologi melawan kaum kolonialis dan imperialis menggumpal dalam diri saya.
Lalu muncullah sebuah penelitian ilmiah Prof. Sutiman, ahli biologi,  dari Universitas Brawijaya, Malang, yang mengembangkan penelitian bertahun-tahun sebelumnya, yang dilakukan Dr. Gretha Zahar. Ibu Gretha, ahli fisika yang gigih menolong para penderita kanker yang tak sembuh di rumah sakit. Di tangan beliau mereka sembuh. Juga isteri Prof. Sutiman yang menderita kanker payudara.

Maka, sejak itu  Prof. Sutiman, ahli biologi itu lalu  melakukan penelitian laboratorium dengan temuan mengejutkan: bahwa kretek itu sehat. Ibu Gretha memproduksi kretek sehat itu buat penyembuhan para pasien. Kretek itu disebut Divine Kretek. Isinya protein, asam amino, dan banyak zat bagus lainnya. Asam amino mengganti sel-sel tubuh yang mati. Membuat kita, yang sudah degeneratif, menjadi regeneratif lagi.

Dan saya pun merokok pada usia 58 tahun lebih beberapa bulan. Saya merokok karena ideologi yang saya sebutkan di atas.

Baca Juga:  

Sajak Jigong : Literer Basi Tentang "Kemerdekaan"

Cerpen Tentang Semut

Oleh Irwan Firdaus

Takut semut itu masuk ke telinga dan memberi rasa yang besar sebesar KingKong di pelupuk mata. Menggigit, bercengkrama, bertelur, lalu seenaknya berkembang biak hingga berkelana 1, 2, dan 3. Menyemut, hingga merusak ke jaringan saraf di kepala.

Condet -25.1.13. 

Baca Juga:
Sajak Jigong : Literer Basi Tentang "Kemerdekaan"

Cerpen Muslihat

Cerpen Santri Sudroon

oleh Irwan Firdaus

Ketika Kanjeng Kiyai memerintah Santri Sudroon untuk segera shalat, Santri Sudroon malah cuma bilang, "Gampang Kanjeng Kyai, Shalat itu kan nomor 2". Mendengar ucapan Santri Sudroon, sontak santri-santri yang lain segera menjudgenya sebagai "KAFIR". Padahal benar, menurut Rukun Islam dengan apa yang diucap Santri Sudroon kepada Kanjeng Kyainya itu? Dalam bathin akhirnya Santri Sudroon itu pun berkata : "Bagaimana mungkin bisa sempurna (Shalat)-nya kalau (Syahadat)-nya pun sendiri tidak sempurna.."

Condet, 08 Januari 2013

Baca Juga:
Sajak Jigong : Literer Basi Tentang "Kemerdekaan"

Minggu, 06 Januari 2013

Cinta, Puisi, dan Matematika ala Sudjiwo Tedjo

oleh Irwan Firdaus

Penghayatan cinta pada kalimat puisi dapat membentuk dunia baru, begitu pun penghayatan kalimat pada bahasa  matematika (baca: logika). Kalau berbicara matematika orang lantas berpikir tentang hitung-hitungan. Dan semua bilangan itu pasti. Siapa bilang? Matematika bukan perkara hitung-hitungan 1+1 = 2. 
Matematika tentang konsistensi logika. Logika matematika 1+1 = 2 siapa bilang pasti? Kalau menurut bilangan per sepuluh iya, tapi kalau menurut bilangan binner 1+1 tidak sama dengan 2. Matematika adalah kemampuan menangkap pola dari sesuatu yang semula tidak terjawab.

Pada bahasa lama, "cinta adalah pengorbanan"; sedang menurut logika matematika, "cinta tak perlu pengorbanan". Yang merasa ada "pengorbanan" bukan cinta nama -nya tapi kalkulasi. Dan bercintalah seperti ayam dengan cinta yang kudus!

Kita ambil contoh pada puisi-nya Sutardji Calzoum Bachri yang memang sulit untuk dipahami, tetapi sebenar-nya makna puisi tersebut diberikan sepenuhnya kepada si pembaca yang berjudul  “Tapi”.
Puisi Tapi sepenuhnya mempunyai makna yang begitu mendalam, namun ternyata tidak mudah untuk memahami puisi ini. Berikut adalah petikan bunyi puisi -nya: 

TAPI
oleh: Sutardji Calzoum Bachri
 

aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah !


Penyair mengutak-atik kata-kata. Dalam bahasa sehari-hari, gimana kita membawa arwah kita yah, gimana kita membawa mayatku padamu ? (sajak dari Sutardji Calzoum Bachri ini). Bedanya di dalam puisi itu hanya ada dalam penghayatan si pembaca : "Oh, dengan membaca itu; ketika aku datang ke kekasihku. Aku dengan penghayatan lain!"

Jadi kalimat puisi membentuk dunia baru, begitu juga kalimat matematik. Ketika ada orang yang lantas mengatakan, "Jangan mengharapkan perubahan, tetapi ciptakan perubahan". Bagi aku itu kalimat matematik yang lahir dari utak-atik, utak-atik kalimat itu. 

Isi presentasi :

Ki Jancuk Sujiwo Tejo yang berjudul Math: Finding Harmony In Chaos.

TEDx

Siapa yang tidak tahu TEDx sekarang? Hampir di 100 negara di dunia sudah ada TEDx. Per Maret 2011 saja, tercatat 1579 events TEDx sudah terselenggara. Padahal TEDx baru mulai ada pada Maret 2009. Data dari TEDx juga menunjukkan sudah ada 812 events yang bakal terselenggara di tahun 2011 ini. Sungguh, bukan angka yang kecil.
Secara sederhana TEDx bisa diartikan sebuah komunitas berbagi ide dari berbagai bidang. Mulai dari bidang teknologi, hiburan, desain, bisnis, sains, sampai membahas isu global. Menariknya semua bidang tersebut dikolaborasikan melalui speakers dan audience dalam satu acara khas TEDx. Dan lebih menariknya lagi, setiap acara TEDx diselenggarakan secara independen dan gratis.

TEDx mengusung semangat kolaborasi berbagi ide yang diharapkan bisa menginspirasi orang lain dalam mengubah cara pandang, cara hidup, dan pada akhirnya mengubah dunia menjadi lebih baik.

irfblog. Diberdayakan oleh Blogger.