Popular Posts

irfblogBacklink






Rating for erosisland.blogspot.com

My Ping in TotalPing.com

Rabu, 17 November 2010

Mengenang Sosok Harry Roesli

sinar mentari telah kembali terang
di dalam hati asmaraku
dahaga cinta telah lebur oleh dirimu

aduh, Ken Arok pujaanku sayang
aku pun cinta kepadamu
Ken Arok sayang
aku ingin di peluk olehmu

[kutipan dari syair lagu, "Ken Arok"]


kita ini sekuntum kembang
hanya jadi penghias jambangan
hanya jadi pemajang jalan
di putar siang-malam

[kutipan dari syair lagu, "Sekuntum Kembang"]

Harry Roesli (bernama lengkap Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli, lahir di Bandung, 10 September 1951 – meninggal di Jakarta, 11 Desember 2004 pada umur 53 tahun) adalah tokoh dikenal melahirkan budaya musik kontemporer yang berbeda, komunikatif dan konsisten memancarkan kritik sosial.

Karya- karyanya konsisten memunc...ulkan kritik sosial secara lugas dalam watak musik teater lenong. Harry berpenampilan khas, berkumis, bercambang, berjanggut lebat, berambut gondrong dan berpakaian serba hitam.

Harry Roesli merupakan cucu pujangga besar Marah Roesli. Anak bungsu dari empat bersaudara, ayahnya bernama Mayjen (pur) Roeshan Roesli. Istri Harry Roesli bernama Kania Perdani Handiman dan dua anak kembarnya bernama Layala Khrisna Patria dan Lahami Khrisna Parana.

Kegiatan

Pada awal 1970-an, namanya sudah mulai melambung. Saat membentuk kelompok musik Gang of Harry Roesli bersama Albert Warnerin, Indra Rivai dan Iwan A Rachman. Lima tahun kemudian (1975) kelompok musik ini bubar.

Di tengah kesibukannya bermain band, dia pun mendirikan kelompok teater Ken Arok, 1973. Setelah melakukan beberapa kali pementasan, antara lain, Opera Ken Arok di TIM Jakarta pada Agustus 1975, grup teater ini kemudian bubar, karena Harry mendapat beasiswa dari Ministerie Cultuur, Recreatie en Maatschapelijk Werk (CRM), belajar ke Rotterdam Conservatorium, Belanda.

Selama belajar di negeri kincir angin itu, Harry juga aktif bermain piano di restoran-restoran Indonesia dan main band dengan anak-anak keturunan Ambon di sana. Selain untuk menyalurkan talenta musiknya sekaligus untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang tidak mencukupi dari beasiswa.

Gelar Doktor Musik diraihnya pada tahun 1981, kemudian selain tetap berkreasi melahirkan karya-karya musik dan teater, juga aktif mengajar di Jurusan Seni Musik di beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan Universitas Pasundan Bandung.

Dia ini juga kerap membuat aransemen musik untuk teater, sinetron dan film, di antaranya untuk kelompok Teater Mandiri dan Teater Koma. Juga menjadi pembicara dalam seminar-seminar di berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, serta aktif menulis di berbagai media, salah satunya sebagai kolumnis Kompas Minggu.

Selain itu juga membina para seniman jalanan dan kaum pemulung di Bandung lewat Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) yang didirikannya. Rumahnya di Jl WR Supratman 57 Bandung dijadikan markas DKSB. Rumah inilah yang pada tahun 1998 menjadi pusat aktivitas relawan Suara Ibu Peduli di Bandung. Rumah ini ramai dengan kegiatan para seniman jalanan dan tempat berdiskusi para aktivis mahasiswa. Dimana kerap lahir karya-karya yang sarat kritik sosial dan bahkan bernuansa pemberontakan terhadap kekuasaan Orde Baru.

Bersama DKSB dan Komite Mahasiswa Unpar, Harry Roesli mementaskan pemutaran perdana film dokumenter Tragedi Trisakti dan panggung seni dalam acara "Gelora Reformasi" di Universitas Parahyangan [1]. Dalam acara ini kembali dinyanyikan lagu Jangan Menangis Indonesia dari album LTO (Lima Tahun Oposisi), Musica Studio, 1978.

Setelah reformasi, saat pemerintahan BJ Habibie, salah satu karyanya yang dikemas 24 jam nonstop juga nyaris tidak bisa dipentaskan. Juga pada awal pemerintahan Megawati, dia sempat diperiksa Polda Metro Jaya gara-gara memelesetkan lagu wajib Garuda Pancasila.

Harry meninggal dunia hari Sabtu 11 Desember 2004, pukul 19.55 di RS Harapan Kita, Jakarta.

Pendidikan

  • Jurusan Teknik Mesin ITB Bandung, sampai tingkat IV (1970-1975)
  • Jurusan Komposisi LPKJ kini IKJ (1975-1977)
  • Jurusan musik elektronik di Rotterdam Conservatorium, Negeri Belanda (1977-1981)

Karier

  • Pendiri dan pemain grup musik Gang of Harry Roesli bersama Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Iwan A Rachman (1971-1975).
  • Pendiri grup teater Ken Arok (1973-1977).
  • Guru besar psikologi musik Universitas Pendidikan (UPI), Bandung dan Universitas Pasundan, Bandung.

Karya

  • Philosophy Gang, album musik, 1971
  • Titik Api, album musik, 1976
  • Jika Hari Tak Berangin, album musik
  • Tiga Bendera, album musik
  • Gadis Plastik, album musik
  • LTO, album musik
  • Ken Arok, album musik
  • Musik Rumah Sakit (1979 di Bandung dan 1980 di Jakarta)
  • Parenthese
  • Musik Sikat Gigi (1982 di Jakarta)
  • Opera Ikan Asin
  • Opera Kecoa
  • Opera Tusuk gigi (1997 di Bandung)
  • Pimpinan Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB)
 

0 komentar

irfblog. Diberdayakan oleh Blogger.